Menurut jajak pendapat Rotarians dan Rotaractors D3410, kita menginginkan district leadership yang memahami konsep “servant-leadership”, yang intinya adalah kepemimpinan yang melayani, yang memberi ruang bagi teamnya untuk berinovasi, berkembang, tentunya dalam rambu-rambu yang telah disepakati bersama. Dalam konteks Indonesia, “servant-leadership” masih terdengar janggal, apalagi dalam budaya yang mempunyai sejarah feudalistik dan paternalistic. Oleh karenanya, lebih nyaman menggunakan istilah “service leadership.”
Akan tetapi, meskipun Rotarians semua mempunyai semangat ‘service above self’, dalam kenyataannya kita kadangkala lupa, apalagi saat kita merasa mempunyai ‘jabatan’ di club atau di district, ataupun ketika kita mempunyai akses ke sumber daya, apakah itu finansial ataupun non-finansial. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengingatkan kembali nilai-nilai Rotary dan mengapa kita menjadi seorang ‘Rotarian’.
Entah siapa yang mengatakan bahwa ‘leaders are not born, but made’ tetapi kata-kata tersebut benar adanya. Ternyata, kepemimpinan adalah 30% genetic dan 70% dipelajari.
D3410 Strategic Planning Committee, mengangkat ‘kepemimpinan’ sebagai salah satu focus perhatian untuk pengembangan D3410. Salah satu rekomendasinya adalah bahwa cara kita mempersiapkan district leadership D3410 harus diubah.
DGE Ditte dan District Learning Committee Chair, PP Teja Widia, menanggapi serius keinginan Rotarians untuk perubahan. Bagaimana kita bisa mencetak pemimpin-pemimpin Rotary yang sesuai harapan dan kebutuhan, menjadi pertanyaan yang menggelitik.
Committee ini sudah mulai berfikir dan bertindak sejak Desember 2022 untuk merumuskan suatu kerangka kerja untuk training yang mencerminkan prinsip-prinsip inclusive dan participative. Kerangka kerja ini akan dapat digunakan oleh DGN Daniel dan juga DGND Sanny untuk menjaga kesinambungan.
Langkah awal adalah dengan membuat mobile tool untuk mengakses materi dari Rotary International yang dapat membantu seorang Rotary leader untuk melaksananakan tugasnya, baik di tingkat district maupun di tingkat club. Sekarang, tidak ada lagi alasan untuk mengatakan ‘saya tidak tahu’ karena informasi dapat diperoleh melalui mobile tool tersebut dengan klik jari.
Namun bagaimanapun juga, informasi saja tidak cukup. Pengarahan dari DGE tetap diperlukan. Meskipun on-line learning dan self-learning merupakan kemudahan, tetap saja tidak dapat menggantikan kehangatan pertemuan tatap muka, tukar pengalaman dan mengobrol santai dengan sesama Rotarian. Alhamdullilah dengan redanya Covid, hal itu dimungkinkan. Acara training pertama district untuk persiapan RY 2023/24 adalah District Team Training Seminar (DTTS) untuk district officers di Yogyakarta bulan Februari lalu, disusul dengan Presidents-elect Training Seminar (PETS) dan District Assembly (DistAs) untuk para president dan club officers.
Format diawali dengan penjelasan DGE Ditte soal Presidential Theme RI President Elect Gordon R. McInally, dilanjutkan dengan ‘terjemahan’ DGE Ditte atas arahan McInally tersebut untuk diterapkan dalam masa baktinya, senafas dengan strategic plan D3410. Sessi pertama yang sifatnya informatif ini ditutup dengan penjelasan oleh SPC tentang koherensi rencana strategis D3410 dengan rencana kerja RI dan dengan situasi dan kondisi D3410.
Sisa waktunya digunakan untuk sesi-sesi spesifik berkaitan dengan tugas masing-masing Rotary leader, dipandu oleh seorang Rotarian yang menguasai materi. Para fasilitator ini dipilih khusus belum tentu berdasarkan ‘jabatan’ Rotarynya ataupun ‘senioritas’, tetapi berdasarkan kemampuan mereka untuk mengungkit pendapat peserta dan memancing tukar pengalaman. Skill paling utama dari fasilitator adalah kemampuan mereka ‘mendengar’. Dengan cara demikian, training menjadi suatu pengalaman learning dan proses mengasah-mengasuh calon-calon District Governor untuk masa depan dimulai.
Kita semua tau bahwa sulit ‘mengajar’ individu-individu seperti Rotarian, yang semuanya telah berprestasi dalam bidangnya di luar Rotary. Memotivasi mereka untuk ikut pelatihan juga tidak mudah, kecuali district learning committee bisa menawarkan sesuatu yang baru dan relevan baginya. Ini yang mereka coba suguhkan.
Maksud tujuan district learning bukan semata untuk memberi informasi – karena informasi sudah mudah tersedia dimana-mana - tetapi lebih untuk mendorong Rotarians untuk memikirkan ulang apa yang mereka selama ini ketahui tentang Rotary, untuk refleksi, dan – semoga – untuk memberi semangat perubahan agar dapat meningkatkan cara kita ‘melayani’ Rotarians maupun masyarakat. Harapannya adalah agar hasilnya dapat serta merta dirasakan atau, paling tidak, the winds of change untuk masa depan yang lebih baik sudah semilir-semilir mulai terasa.
Comments