Komitmen Rotary dalam Pemberantasan Polio dan Kesehatan Global

Rotary International adalah mitra kunci dalam Global Polio Eradication Initiative (GPEI), bersama dengan WHO, UNICEF, CDC, dan Bill & Melinda Gates Foundation. Rotary fokus pada pemberantasan polio karena pada 1980-an, polio adalah salah satu penyakit paling menghancurkan, terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu, Rotary memulai program PolioPlus pada 1985 karena polio dapat diberantas sepenuhnya, seperti cacar. Sejak itu, kasus polio turun lebih dari 99%, menyelamatkan jutaan anak dari kelumpuhan.

Sejak 1986, Rotary telah mendukung pemberantasan polio di Indonesia melalui PolioPlus Program. Hibah pertama sebesar USD 6,1 juta diberikan pada Mei 1986 untuk pengadaan vaksin, ditambah USD 15 ribu untuk mobilisasi sosial. Rotary adalah satu-satunya organisasi pelayanan dengan program PolioPlus yang memiliki kemitraan dengan Bill & Melinda Gates Foundation, dikenal dengan konsep Triple Your Impact, di mana setiap donasi dilipatgandakan oleh yayasan ini, sehingga total kontribusinya menjadi tiga kali lipat. Hal ini secara signifikan meningkatkan dampak kontribusi global terhadap pemberantasan polio.

Beberapa hibah besar yang diberikan antara lain:

Maret 1990: USD 750 ribu untuk vaksin, USD 300 ribu untuk mobilisasi sosial, dan USD 1,89 juta untuk rantai dingin.
April 1995: USD 1 juta untuk Hari Imunisasi Nasional.
November 1998: USD 427 ribu untuk pengawasan melalui hibah blok WHO/SEARO.
Oktober 2005: USD 100 ribu untuk Komite Nasional PolioPlus (NPPC) dalam situasi darurat.
Agustus 2018: USD 157 ribu untuk pengawasan melalui WHO.

Total dukungan hingga kini mencapai USD 13,63 juta atau setara Rp 218,2 miliar, yang digunakan untuk vaksinasi, mobilisasi sosial, rantai dingin, pengawasan, serta dukungan operasional.

Rantai dingin adalah sistem penyimpanan dan distribusi vaksin pada suhu rendah untuk menjaga efektivitasnya. Ini mencakup pengangkutan dan penyimpanan dari pabrik hingga titik pemberian vaksin di lapangan, memastikan vaksin tetap berada dalam suhu yang aman (biasanya 2-8°C). Rantai ini sangat penting karena vaksin polio sensitif terhadap suhu panas dan bisa kehilangan efektivitas jika tidak disimpan dengan benar.

Meski sudah hampir memberantas polio, virus ini masih ditemukan di Pakistan, Afghanistan, serta wilayah yang kembali berisiko, seperti Aceh, Indonesia, yang pada 2022 mengalami outbreak di Pidie. Tahun yang sama, wild poliovirus terdeteksi di London dan New York, meskipun tidak menyebabkan kelumpuhan langsung. Ini mengingatkan bahwa selama polio masih ada di dunia, tak ada negara yang benar-benar aman.

Mutasi vaccine-derived poliovirus (VDPV) tipe 2 menjadi tantangan baru, ketika virus yang dilemahkan dari vaksin oral polio (OPV) bermutasi dalam kondisi sanitasi buruk dan cakupan vaksinasi rendah. Sebagai solusi, vaksin novel Oral Polio Vaccine tipe 2 (nOPV2) diluncurkan untuk mencegah mutasi sambil memberikan perlindungan kuat.

Sejak 1995, Rotary telah mendukung kampanye vaksinasi nasional di Indonesia, bahkan selama pandemi. PolioPlus mewujudkan komitmen Rotary terhadap kemanusiaan, karena polio tidak hanya soal kesehatan, tapi juga masa depan anak-anak. Rotary berkomitmen untuk menyelesaikan upaya ini agar polio tidak kembali menyebar, memastikan dunia bebas polio sebagai warisan bagi generasi mendatang, sambil tetap mendukung inisiatif lain melalui program kesehatan global yang ada.

Informasi mengenai data hibah untuk Indonesia diperoleh dari Kris Tsau (kris.tsau@rotary.org), jika ada pertanyaan lebih lanjut mengenai program dan dukungan Rotary, jangan ragu untuk menghubungi sumber tersebut.