Ditte A. Sukardi
Rotary International District 3410
Governor - 2023-2024
Keberagaman atau diversity adalah salah satu hal yang lekat dengan negara kita, Indonesia. Sejak kecil kita sudah diajari untuk menghargai perbedaan dan hidup harmonis dalam keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika.
Makna apa arti semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan. Makna tersebut terlihat dari Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia sehingga sangat wajar jika memiliki banyak suku, agama, ras, dan antar golongan. Indonesia memilih semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang bertujuan untuk mempersatukan bangsa Indonesia agar dapat mengusir penjajah dari bumi ibu pertiwi ini.
Fungsi mendasar dari semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika” ialah menjadi landasan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Fungsi mendasar inilah yang membuat masyarakat bisa hidup saling menghormati dan menghargai keberagaman yang ada. Bhinneka Tunggal Ika bukanlah sekadar semboyan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman kehidupan dan sarana untuk mencapai cita-cita Bangsa Indonesia. Pedoman hidup artinya dijadikan petunjuk untuk hidup harmonis dan nyaman. Sarana berarti dijadikan cara untuk menggapai cita-cita Bangsa Indonesia untuk tetap hidup dalam persatuan.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika memiliki empat prinsip penting, yakni: Common denominator artinya semboyan negara ini dijadikan cara untuk mencari prinsip yang sama dalam setiap keberagaman agama, budaya, ras dan bahasa. Bersifat inklusif Artinya Bhinneka Tunggal Ika menjadi pedoman untuk masyarakat agar bisa hidup harmonis dan saling menjaga toleransi, sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia semakin kuat. Bersifat universal dan menyeluruh Artinya semboyan negara ini harus diterapkan di seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali demi menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sifatnya kovergen Artinya keberagaman suku, agama, ras dan bahasa seharusnya tidak untuk dibesar-besarkan, melainkan harus dijadikan dasar untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan
Diversity, equity and inclusion (DEI) adalah konsep keanekaragaman, kesetaraan dan inklusi yang digunakan untuk menggambarkan program dan kebijakan untuk mendorong keterwakilan dan partisipasi berbagai kelompok orang, termasuk orang-orang dari berbagai jenis kelamin, ras dan etnis, kemampuan dan kecacatan, agama, budaya, usia, dan seksualitas.
persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
- ragam budaya
- bahasa daerah
- ras
- suku bangsa
- agama dan kepercayaan
landasan persatuan dan kesatuan. Pada dasarnya setiap kelompok memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing. Peran semboyan negara untuk membentuk dan menanamkan pada masyarakat tentang keberagaman sehingga tidak memicu konflik
Implementasi Bhinneka Tunggal Ika
- Perilaku Influsif
- Sifat Pluralistik
- Tidak Mencari Kemenangan Sendiri
- Musyawarah
- Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban
- Toleran dalam Perbedaan
Diversitas atau kebhinekaan telah disadari menjadi sumber kreativitas gagasan, yang esensial bagi ilmu dan teknologi; kesetaraan sebagai manusia menjadi landasan yang makin diyakini, meskipun prakteknya masih menimbulkan kesulitan; dan inklusivitas atau kebersamaan menjadi sikap dan cara yang menumbuhkan keadilan dan kedamaian.
Inilah yang dinamakan equity. Keadilan yang ada pada tempatnya sesuai dengan fungsinya.
Diversity & inclusion (D&I) atau disebut juga sebagai Keragaman dan Inklusi, akhir-akhir ini semakin sering bergema di dunia profesional baik diluar negeri maupun di Indonesia. Bila melihat sejarah Indonesia, kita mengenalnya dengan istilah “Bhineka Tunggal Ika”, dimana keragaman dilihat sebagai suatu kekuatan untuk mencapai tujuan bersama.
Begitu juga dengan semangat D&I, adanya perbedaan adalah lebih kepada persepsi kita kepada suatu hal yang mungkin belum tentu benar. Seperti misalnya, perempuan biasanya lebih teliti dibanding laki-laki, seorang pemimpin lebih baik bila seorang laki-laki, orang yang berasal dari suku tertentu biasanya lebih malas dari yang lain, dan seterusnya. Pada kenyataannya bila kita terlalu terpaku pada “perbedaan” tersebut maka kita akan terpaku pula pada stereotipe tertentu.
In the end ijinkan saya mengutip kalimat yang disampaikan oleh Tim Berners Lee, “We need diversity of thoughts in the world to face the new challenges”, adanya perbedaan adalah untuk menambah keberagaman dan bukan sebagai hambatan.
Yorumlar